Say No To Love

 

Puasa-puasa gini lagi rada males bikin artikel komputer nih.. Yang ada malah jalan-jalan, nonton pilem, sama baca-baca buku. Naaahh.. kebetulan pas acara buka bersama Loenpia.Net, mas Wiwien Wintarto membagi-bagikan 2 bukunya yang baru aja launching.

Judulnya “Say NO To Love“.

Ceritanya bagus.. bagus banget malah! Mungkin karena yang nulis itu seleranya sama kayak aku ya? Nggak suka dengan cerita-cerita atau skenario film Indonesia yang maksa banget. Jadinya cerita yang ada di novel itu sungguh berbeda dengan yang biasa aku baca. (Atau aku yang kuper?)

Siapa sih yang nggak mau jadi orang kaya? Dan siapa sih yang nggak mau jadi pasangan orang kaya? Yak, salah satu point yang dibidik oleh mas Wiwien dalam merangkai cerita hingga menghasikan dialog, obrolan, dan cerita yang menarik dan terkemas secara apik dalam 1 novel.

Ini resensi yang aku kutip dari salah satu blog-nya mas Wiwien :

Novel ini berkisah soal pasangan bos dan sekretaris bernama Wisnu dan Dewi. Wisnu adalah Presiden Direktur Helman Communications, sebuah perusahaan telekomunikasi dan hiburan multinasional. Ia juga merupakan putra sulung Rijanto Helman, CEO Helman Corporation, induk perusahaan Helman Comm. Hidup Wisnu berubah saat ia menerima Dewi yang rookie dan masih hijau sebagai sekretarisnya.

Iseng, ia memelonco Dewi pada hari pertama gadis itu masuk kerja. Tak disangka, Dewi marah dan mengamuk sejadinya gara-gara peloncoan itu. Wisnu yang merasa bersalah pun lantas minta maaf dengan cara yang sangat spektakuler. Dan awalan yang agak aneh itu lantas membawa hubungan mereka ke titik yang juga tak terduga-duga.

Lebih dari sekadar bos dan sekretaris, keduanya segera saja menjadi akrab dan dekat mirip sepasang sobat pada masa sekolah atau kuliah. Tak hanya itu, pembawaan Dewi yang ceria dan berbagai keahlian serta minatnya membawanya diterima dengan cepat oleh keluarga Helman.
Maka, berbagai rumor, gosip, selentingan, dugaan, dan tuduhan soal kedekatan mereka pun merebak. Hampir semua orang sepakat bahwa mereka harus jadian, karena keakraban mereka membuktikan bahwa keduanya memang sama-sama pas satu sama lain.

Lucunya, Wisnu dan Dewi sendiri justru cuek bebek dan menganggap semuanya angin lalu. Mereka sama-sama nggak menemukan chemistry dan special feeling yang membuat keduanya harus bergerak lebih dalam daripada sekadar pertemanan biasa.

Namun ketika kisah cinta masing-masing akhirnya kandas—dan sama-sama kena batunya oleh cinta—, mereka pun dihadapkan pada satu kenyataan yang amat sukar ditelaah. Jika memang sudah sama-sama cocok dan perfect for each other, masih perlukah cinta menjadi bumbu dan alasan untuk bersatu?

Hmmmm….. awalnya aku udah ga begitu tertarik dengan jalan ceritanya, tapi begitu mulai baca dari halaman pertama hingga halaman selanjutnya, kok rasanya nggak mau berhenti. Dan ketika sadar bahwa ceritanya udah hampir tamat, rasanya kok cuma segini aja… kurang banyak nih ceritanya.. padahal tu novel tebelnya 300 halaman lebih..

Jadi intinya, novel ini recomended deh buat yang mulai bosen dengan cerita-cerita pilem Indonesia. Dan ini novel kedua yang langsung aku baca lagi dari awal begitu selesai baca. Nilai 9 untuk novel ini.

nb: Novel pertama yang aku maksud judulnya 5 cm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *