Beberapa minggu lalu saya sempat mengikuti semacam kelas yang judulnya cukup menjanjikan, yaitu membahas hal-hal yang perlu disiapkan ketika kita ditunjuk untuk menjadi seorang manager. Role manager disini tidak selalu berhubungan dengan karir ya, tapi bisa jadi dalam segala hal. Intinya ketika kita diminta untuk membawahi beberapa orang atau dipercaya menghandel tim, maka kita sudah bisa disebut sebagai seorang manager.
Sayangnya, beberapa jam setelah mengikuti kelas itu pembahasannya menjadi membosankan. Isi materinya lebih membahas pengalaman si pematerinya yang penuh dengan priviledge (timnya sudah ada, sistem sudah berjalan) sehingga seakan-akan apapun yang dia lakukan terasa mudah, padahal sebetulnya susah untuk dilakukan bagi orang-orang yang sedang merintis sebagai manager. Ya, akhirnya saya tinggalkan kelas itu hahaha.
Saya, atau beberapa orang diluar sana mungkin sedang mengalami hal yang sama, yakni sudah lama menyandang titel sebagai manager tapi merasa kurang maksimal dalam kesehariannya. Biasanya ini disebabkan tiba-tiba ditunjuk menempati role itu karena memang struktur organisasinya yang memaksa itu terjadi, bisa dibilang jadi manager karbitan.
Apakah ini salah? tentunya tidak dong, ini merupakan sebuah kesempatan. Saya sering melihat anak muda yang sudah menyandang titel manager bahkan mereka lebih muda ketika dulu pertama kali saya menyandang titel itu. Tapi saya yakin, saya tau apa yang mereka rasakan sebenarnya hahaha..
Nah, saya sedang membaca buku yang cukup bagus, judulnya “The Visual MBA“. Buku ini pada halaman awal saja sudah membuat saya jatuh hati, sebab dia langsung membahas topik Leadership. Seingat saya ketika kuliah tidak pernah diajarkan mengenai topik ini, atau mungkin pas saya nggak masuk ya haha.. Kayanya dulu pernah diajarin ini justru ketika ikut organisasi, tapi ya belum terlalu dianggap serius.
Oke, kita ke materinya. Menurut Pak Jason Barron sang penulis The Visual MBA ini, untuk mempersiapkan sebagai manager ada pondasi yang harus disiapkan. Btw, di buku ini peran manager itu lebih berfokus sebagai leader ya, makanya temanya adalah Leadership, tapi menurut saya ini bisa dilakukan bagi kita yang baru atau sedang menjadi manager, supaya gaya kepemimpinan kita menjadi lebih inspiratif.
Kepemimpinan lebih dari sekadar manajemen. Ia menginspirasi perubahan dan meningkatkan hasil melalui siapa Anda dan bagaimana Anda memotivasi yang lain.
Jason Barron
Seorang manager yang baik adalah, selain bisa mengerjakan tugasnya dengan baik, dia juga mampu untuk menginspirasi dan memotivasi timnya untuk mau berjalan bersama-sama mencapai tujuan. Terdapat 5 hal sebagai pondasi untuk mencapai itu semua.
Table of Contents
Strategi
Sebagai seorang manager atau leader, sebagian besar pekerjaan yang akan dilakukan itu lebih banyak di tahap awal. Kita sebaiknya sudah memiliki gambaran bahwa timnya itu mau diajak kemana. Ketika sudah tau tujuannya, maka selanjutnya akan membuat rencana. Mulai dari tahap persiapan, kemudian menentukan urutan langkah yang harus ditempuh, mengestimasikan waktu, memprediksi hal-hal yang mungkin akan terjadi, hingga akhirnya sampai ke tujuan. Inilah yang disebut dengan strategi.
Jadi, sebagai manager kita dituntut untuk berpikir jauh ke depan, mencari tau komponen apa saja yang diperlukan, dan yang terpenting, harus sadar bahwa semua itu tidak bisa dikerjakan sendiri, perlu mencari siapa orang yang bisa membantu atau memberikan dukungan. Kemampuan berpikir strategis ini adalah pondasi yang harus dimiliki oleh manager.
Eksekusi
Apalah artinya rencana jika tidak dieksekusi, jadi setelah menentukan strategi maka hal selanjutnya adalah menjalankan rencana tersebut. Namun eksekusi ini lebih ke membentuk sistem organisasinya, sebab nantinya yang akan menjalankan rodanya adalah anggota tim. Pada tahap ini lebih banyak dihabiskan untuk membuat workflow, dokumen template, desain infrastruktur, hingga mulai mengumpulkan orang-orang yang tepat.
Kita sudah tidak boleh lagi berpikir bahwa pekerjaan ini cuma saya yang bisa mengerjakannya. Kita perlu berpikir bahwa pekerjaan ini harus bisa dikerjakan oleh orang lain, nanti saya tinggal mengarahkan dan mengevaluasi saja. Sehingga waktu berharga kita bisa digunakan untuk memikirkan hal-hal strategis lainnya. Ini adalah pondasi yang harus dimiliki oleh manager.
Talent Management
Oke, sekarang tim sudah terbentuk dan roda mulai bekerja untuk menjalankan strategi kita. Dulu, saat kita masih menjadi anggota tim, pastinya kita ingin fokus bekerja supaya bisa menyelesaikan tugas yang diberikan, bisa dibilang kita hanya perlu fokus ke pekerjaan kita sendiri saja. Nah, ketika di level manager fokus kita bergeser untuk lebih memperhatikan anggota tim kita sendiri.
Memotivasi, menyemangati, dan menjalin komunikasi dengan anggota tim itu lebih penting dilakukan oleh manager. Gaya setiap orang pastinya berbeda-beda, tergantung kultur organisasinya juga.
Berdasarkan pengalaman saya, menerapkan metode reward & punishment secara adil dan transparan akan lebih baik daripada sok akrab secara individu. Disini perlu ada kemampuan empati sekaligus bertindak sebagai evaluator.
Pengembangan Bakat
Ketika tim sudah solid dan sistem berjalan dengan baik, maka berbagai pencapaian akan mulai berdatangan. Anggota tim akan semakin ahli dan sistem mungkin akan berkali-kali mengalami penyesuaian. Bisa jadi sekarang jumlah tim semakin membesar dan sistem akan semakin kompleks.
Sediakan waktu dan telinga, dengarkan semua pendapat ataupun keluh-kesah mereka. Jadwalkan sesi 1-on-1 secara rutin untuk mendapatkan feedback dan juga membantu mereka untuk berkembang.
Manager harus mampu mengidentifikasi hal ini untuk mempersiapkan pemimpin di masa depan, sebab nantinya dengan tim yang besar dan sistem yang rumit, tidaklah mungkin kita bisa menghandelnya sendirian. Seperti yang saya bilang di awal, kita harus sadar bahwa kita perlu bantuan. Jadi selain memberikan tugas kepada anggota tim, persiapkan dia juga untuk berkembang.
Keputusan terberat dan terbaik saya adalah ketika melepas anggota tim saya untuk menapaki jenjang karir yang lebih baik. Ini tandanya saya sudah berhasil membuatnya berkembang.
Personal Skill
Bagaimanapun juga, manager adalah pemimpin. Dia memimpin manusia yang mau mengikutinya, artinya manager harus memiliki kehormatan. Namun, kehormatan itu tidak bisa diminta atau dibuat sendiri, itu harus diberikan oleh orang lain, barulah kita akan dihormati oleh orang lain.
Artinya, manager harus memiliki kemampuan pribadi yang mumpuni pada bidang yang sekarang sedang dikerjakan. Pengalamannya harus cukup untuk bisa mengetahui bahwa yang sedang dikerjakan oleh anggota timnya itu benar atau salah, juga harus tau bahwa sistem yang dirancang itu apakah masih valid atau sudah usang.
Selain itu, memiliki integritas, mau melatih inter-personal skill, berempati, mampu dan berani mengambil keputusan penting, dan berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan adalah pondasi penting sebagai seorang manager.
Itulah lima hal yang menjadi pondasi ketika kita mulai menapaki karir sebagai seorang manager. Ini adalah jalan yang sunyi, namun ketika berhasil melaluinya maka kita akan menjadi orang yang berbeda.
Pokoknya komen dulu nomor satu (rock). Mending Manager atau Leader mas?
Kalo genZ jadi manager, seperti mencari jarum ditumpukan jerami untuk bisa masuk ke dalam 5 kriteria itu. Apalagi kalo ditambah emosional yg tidak stabil.
Tapi for sure, ada dan banyak yg masuk dalam 5 kriteria itu. Diem tapi dasdes ndak banyak drama dan lebay.